Senin, 03 Agustus 2009

Menjadi Bijak nggak harus menunggu tua!!!

Jika semua orang nggak malu untuk jujur, pasti dalam benaknya akan membenarkan bahwa banyak dari kita yang menyesal kenapa diwaktu lalu seringkali membuang-buang waktu untuk hal-hal yang nggak berguna dan sia-sia. Sehingga kata-kata penyesalan seperti, kenapa, seandainya saja, seumpama,… seringkali kita dengar terucap dari mulut teman, saudara kita atau malah dari diri kita sendiri. Kita seringkali merasa tidak puas atas pencapaian yang sudah kita raih di saat ini dikarenakan menyadari diwaktu-waktu yang lalu telah mendzalimi diri kita sendiri dengan memboroskan waktu dengan melakukan hal-hal yang nggak penting. Jadi jika untuk menyesal kita memang harus tua dulu agar tau, tapi untuk menjadi bijak kita nggak perlu jadi tua. Bagaimana itu fren? Harus tua dan menyadari kalo kita udah bertindak bodoh dan hanya sisa menghibur diri dengan berkata, mau gimana lagi nasi udah menjadi bubur? Toh sudah bagus kita masih bisa seperti ini. Seperti ini yang saya maksud akhirnya kembali kita tanyakan pada diri kita masing-masing. Karena tentu saja nilai pencapaian tiap orang adalah tidak sama. Bisa jadi yang anda raih buat saya sudah yang saya impikan tapi buat anda mungkin belum apa-apa seandainya diwaktu lalu bisa memanfaatkan waktu seoptimal mungkin.

Menjadi bijak agar kelak tidak menyesal dengan bertindak sembrono yang akan berakibat penyesalan sebenarnya adalah pilihan dari awal, pilihan kita selagi muda selagi harapan dan kesempatan masih terbentang luas. Namun sayangnya, pilihan ini hanya sebatas pengetahuan saja tapi implikasinya sering kali terabaikan. Pencarian jati diri bisa jadi alasan bagi anak-anak muda agar dimaklumi jika sudah bertindak tidak semestinya. Oke, mungkin kita orang bisa memaklumi, tapi pertanyaannya apakah hidup akan bisa memaklumi? Apakah ketatnya tingkat kompetensi sekarang ini akan mau peduli? Akan lebih mudah jika dalam hidup kita tidak dipusingkan oleh segala kompetensi. Tapi apakah bisa? Sedang existensi seseorang sangat tergantung oleh seberapa besar kompetensi kita. Hukum rimba itu sebenarnya hanya berganti persepsi aja tapi prinsipnya sama, kalau dulu siapa yang yang paling kuat dialah yang akan jadi pemenang, tapi hukum rimba sekarang siapa yang paling memiliki kompetensi dialah yang akan exist. Sama aja kan semuanya menyebutkan siapa yang “paling”.

Apakah saya menyesal? Saya hanya tersenyum kecut, iya saya menyesal. Karenanya saya menjadi mempunyai kewajiban untuk menyampaikannya. Apakah saya sudah menyia-nyiakan sebagian besar waktu saya dimasa-masa yang lalu kepada hal-hal yang nggak penting? Iya saya mengakuinya karenanya saya perlu menceritakan betapa kompetensi dalam kehidupan ini nggak seramah dan semeriah hidup saya diwaktu-waktu lalu ketika saya terlena oleh hura-hura, putar sini putar sana nggak ada tujuan, pokoknya sok sibuklah persis kayak anggota dewan tapi nggak ada yang dikerjain dan melalaikan sebagian besar kesempatan yang seharusnya bisa saya siapkan lebih awal. Dan tentunya anda pasti nggak akan punya cita-cita akan menyesal juga kan? Pokoknya yakin aja, jika kita nggak pernah serius mempersiapkan diri kita sendiri, hidup ini teramat kejam kawan! Kita akan dilumatnya habis-habisan nggak pake perasaan. Disaat itu untuk mempertahankan diri kita dan berupaya agar dan tetap exist kita perlu extra energi dan keuletan yang jauh lebih besar, berkali-kali lipat lebih berat dan menyakitkan dibanding jika kita mau berlaku bijak kepada diri kita sendiri sedari awal.

Walah mas, kenapa baru bilang sekarang, sekarang mah percuma sudah kadung susah, pokoknya nggak mungkin deh! Susah, pokoknya susah! Susah anda bilang? Iya emang! Anda sih dodol sok jagoan…. he. Jika berbicara susah kita nggak akan bisa merubahnya menjadi mudah. Kecuali kita menang lotere atau jadi mantunya pak SBY. Tapi ngomong-ngomong pak SBY punya anak cewek kah? Di pelet aja yuk…! Capung kali di pelet! Hehehe… Lanjut! Nggak mudah kita harus percaya itu, tapi nggak mungkin kita harus tendang jauh-jauh. Enak aja, kita udah nggak bijak kepada diri kita sendiri masih pengin semuanya mudah. Susah tau! Tapi kita nggak boleh nyerah! Pake rok aja deh jika kita nyerah, nggak usah jadi temen undercover. Wih, ada yang nimpuk seratus ribuan iks… untung blogger anti suap udah di mode on jadi bisa ngeles, hehehe. Disaat kita merasa terpuruk gagal, minder karena semua usaha yang kita lakukan seakan nggak ada arti sebenarnya disitulah awal lompatan kita untuk bangkit. Bahan bakar untuk membakar semangat kita. Tetap yakinkan diri kita pintu kesuksesan kita masih ada, nggak kemana-mana, nggak akan ilang digondol maling, kita hanya butuh membukanya. Susah itulah kuncinya karena kita sudah nggak bijak. Untuk membukanya kita harus tetap percaya, nggak mungkin kita hidup Tuhan nggak mempersiapkan sebuah peran yang baik buat kita. Kita pasti punya punya peran itu! Peran utama kita bukan peran figuran karena kita menyerah dan berhenti berusaha.

Jadi lebih baik jika kita itu bisa menjadi bijak sedari muda, karena untuk menjadi bijak nggak harus nunggu tua. Dan bagi yang udah sok jagoan seperti saya, he… jadi orang yang nggak bijak. Semua memang akan menjadi lebih berat tapi kita tetap nggak boleh menyerah.

Siapkah kalian berubah? kearah lebih baik tentunya^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar